Senin

Oom Yanto bersetubuh melakukan anal sex

 Oom Yanto bersetubuh  melakukan anal sex Saya Seranjang Dengan Bekas Pacar Ibuku - Tanpa ada berniat malam itu saya mendengar pertikaian Mamaku serta Ayah tiriku mengenai aborsi yang dikerjakan Ibu sebelumnya menikah dengannya. Rupanya Ayah temukan ada hasil USG kandungan ibu yang tak tahu mengapa masih tetap Ibu taruh saja hingga pada akhirnya ketahuan oleh Ayah. Bila mendengar th. peristiwanya yang di baca oleh Ayah dari hasil USG itu yaitu sekitaran th. 2000. Hal tersebut bermakna berlangsung pada saat Ibu baru setahunan mejadi janda serta saya masih tetap duduk di kelas 6 SD, sudah pasti belum juga mengetahui Ayah tiriku yang saat ini. Narasi Seks : Saya Seranjang Dengan Bekas Pacar Ibuku 

 Oom Yanto bersetubuh  melakukan anal sex



Meskipun Ibu pada akhirnya dapat memberikan keyakinan Ayah bawah kejadiannya itu berlangsung jauh sebelumnya mereka berteman, namun saya jadi penasaran siapa lelaki yang sudah menghamili Mamaku serta kenapa Ibu menaruh hasil USGnya hingga saat ini. Mengapa Ibu sekalipun tidak bercerita tentang lelaki ini padaku, walau sebenarnya umumnya Ibu senantiasa narasi tentang rekan-rekan lelakinya padaku karna untuk Ibu siapa saja kelak jadi suaminya mesti dapat jadi Ayah tiri yang saya gemari. Meskipun Ibu tidak bercerita sejauh apa hubungan dengan setiap rekan lelakinya, namun saya percaya bukanlah mereka yang menghamili Mamaku. 


Apakah Mamaku sempat jadi selingkuhan lelaki beda yang telah berkeluarga? 


Pertanyaan itulah yang lalu keluar di kepalaku karna cuma itulah yang dapat menerangkan mengapa Ibu tidak dapat bercerita kepadaku mengenai lelaki itu. 


Namaku Karin, usiaku waktu itu 23 th. serta tengah merampungkan pendidikanku di fakultas kedokteran kampus negeri terkenal di Jakarta. Hingga SMA saya merampungkannya di Bandung serta baru geser ke Jakarta sesudah Mamaku menikah sekali lagi dengan seseorang dokter asal Jakarta yang saat ini jadi Ayah tiriku. Mamaku sendiri seseorang dokter spesialis mata asal Bandung sedang Bapak kandungku juga seseorang dokter Pakar Penyakit Dalam dari Bandung juga. 


Mamaku bukanlah type orang yang miliki pergaulan bebas, dia cuma miliki sedikit sahabat yang biasanya datang dari lingkungan sekolahnya mulai sejak SD hingga di bangku kuliah. Namun memanglah rekan-rekan dekatnya yang paling banyak serta seringkali bergaul dengan Ibu yaitu rekan-rekan SMAnya. Sepengetahuanku semuanya rekan SMA Ibu itu telah berkeluarga karna kerapkali dalam sebagian acara saya dibawa Ibu untuk berjumpa keluarga mereka. Dari sini saya mulai mengecilkan pilihanku pada th. dimana peristiwa yang dipermasalahkan oleh Ayah tiriku itu, terlebih dengan siapapun Mamaku sukai pergi. 


Pada akhirnya kecurigaanku mengerucut cuma pada satu orang saja, yakni Oom Yanto, seseorang rekan Ibu yang memanglah telah akrab tidak cuma dengan Ibu namun dengan juga keluarga besar Mamaku mulai sejak mereka keduanya sama di bangku SMA. Oom Yanto menikah dengan rekan SMAnya yang adalah sahabat Ibu, bahkan juga anak-anak merekapun cukup saya kenal. Satu diantara argumenku mencurigai Oom Yanto karna saya ingat kalau Oom Yanto lah yang seringkali menjemput serta mengantar Ibu bila ada aktivitas dengan beberapa rekannya Ibu. Bahkan juga terkadang Ibu pamit keluar kota untuk masalah dinas sekian hari namun yang menjemput serta mengantar pulangnya yaitu Oom Yanto. 


Oom Yanto memanglah sosok lelaki dambaan nyaris semuanya wanita dewasa karna terkecuali berhasil jadi entrepreneur, juga memiliki kepribadian yang begitu menarik serta sudah pasti berwajah yang lumayan dengan tubuh yang tinggi besar. Tangan serta kaki Oom Yanto dipenuhi bulu serta muka yang ditumbuhi kumis serta jenggot sampai tampak seksi untuk beberapa wanita. Dia adalah pria yang ramah, gampang tertawa serta senantiasa dapat membawa situasi jadi lebih cair dan mengasyikkan. 


Saya semakin penasaran menginginkan meyakinkan apakah memanglah Mamaku dihamili oleh Oom Yanto ini atau lelaki beda. Hal semacam ini jadi begitu perlu bagiku karna akan memengaruhi persepsi mengenai Mamaku sampai kini. Namun bagaimana langkahnya? Fikiran ini lama-lama jadi obsesi yang begitu mengganggu konsentrasiku hingga sebagian kuliahku nilainya jadi tidak memuaskan. Saya tidak berani ajukan pertanyaan segera pada Mamaku karna bila dia berbohong dengan jawabannya jadi akan mengakibatkan kerusakan jalinan kami selama-lamanya. 


Pada akhirnya saya mengambil keputusan untuk menghubungi Oom Yanto lewat akun fesbuknya dahulu jadi komunikasi awalku. Tidaklah terlalu susah mencarinya karna akun Oom Yanto memanglah terdaftar dalam akun anak-anaknya yang telah jadi rekan fesbukku. Dengan hati-hati saya mulai membuat beberapa langkah untuk lakukan penyelidikanku, saya tidak ingin salah langkah karna akan mengakibatkan kerusakan satu jalinan silahturahmi yang sangatlah lama tersambung pada dua keluarga besar. 


Pertama kalinya saya cobalah meng-add Oom Yanto jadi rekan, bila ini sukses jadi akan mempermudah langkah setelah itu. Namun bila gagal jadi saya mesti mencari jalan yang lebih susah. Rupanya Oom Yanto mengenaliku hingga dia segera meng-approve requestku. Jadi pembukaan saya mulai mengiriminya message berbasa-basi yang nyatanya juga memperoleh respon positif meskipun terkadang jawabannya agak lama karna kesibukkannya. Sesudah komunikasi mulai terbuka saya mulai maju ke langkah ke-2 yakni coba mencari tahu bagaimana jalinan pertemanan Oom Yanto serta Mamaku ketika 10 tahunan waktu lalu serta saat ini. Dari jawaban-jawaban Oom Yanto sangkaanku nyatanya benar kalau dahulu mereka miliki jalinan “istimewa” meskipun tidak demikian terang seberapa istimewanya. Jadi langkah ke-3, saya berupaya untuk ketemu segera dengan Oom Yanto dengan mengemukakan kalau saya beberapa pertanyaan tentang waktu dulu Mamaku yang saya anggap Oom Yanto cukup banyak tahu. Saya katakan kalau hal tersebut perlu karna saat ini tengah ada problem pada Mamaku serta Ayah tiriku mengenai waktu dulu Ibu. Sudah pasti saya tegaskan kalau saya cuma dapat membahasnya waktu bertemu segera dengan Oom Yanto. Saya cukup kaget waktu Oom Yanto tanpa ada kesangsian sedikitpun bersedia menjumpai saya, bahkan juga waktu kami mulai berkomunikasi di telepon untuk mengatur saatnya, suara nada Oom Yanto sama ramahnya dengan suara nada yang dahulu telah saya kenal. Oom Yanto juga bertanya apakah pertemuan kami akan dikerjakan di-public ruang atau di-private ruang. Pertanyaan ini pernah membuatku pusing karna bila di private ruang saya masih tetap kagok berduaan dengan Oom Yanto, namun bila benar nyatanya Oom Yanto yang menghamili Mamaku jadi begitu tidak bijak membahasnya di public ruang.


Akhirnya aku memutuskan untuk bertemu di private area saja karena bagaimanapun akan menjadi lebih mudah bagiku untuk mengikuti perkembangan selanjutnya. Tempat yang akan dipakai untuk pertemuan kami adalah sebuah hotel berbintang di bilangan Mega Kuningan yang biasa Oom Yanto pakai menginap kalau sedang ada di Jakarta. Sedang waktunya aku memilih saat sedang jaga di rumah sakit, tetapi sebelumnya jadwalnya aku tukar dengan temanku sehingga orang tuaku tidak akan curiga kalau aku pulang larut malam karena kalau sedang berjaga kadang-kadang aku tidur di rumah sakit.


“Oom ini Karin, sekarang sudah sampai di loby hotel” Kataku saat menelon ke telepon genggamnya saat aku sudah sampai ke Hotelnya. Waktu saat itu menunjukkan pukul 14:05, sesuai dengan waktu yang telah kami sepakati karena aku adah kuliah pagi di RSCM.


“Okay … saya akan jemput kamu ke bawah karena untuk bisa naik lift ke kamar Oom harus memakai kunci kamarnya” Jawab Oom Yanto di teleponnya.


Dengan berdebar-debar aku berdiri di depan lift, memandangi pergerakan setiap lift dan orang yang keluar darinya. Tak lama kemudian Oom Yanto keluar, pempilannya sekarang sudah agak gemuk dengan rambut yang lebih tipis tetapi daya tarik lainnya masih sama. Terlihat dia sedikit celingak celinguk mencariku, karena memang kami hampir tidak pernah bertemu lagi selama 8 tahun. Aku segera menghampiri dan menyapanya terlebih dahulu yang disambutnya dengan hangat.


Setelah dia mencium pipi kiri dan kananku dia langsung mengajakku naik ke kamarku. Tiba-tiba aku dilanda perasaan aneh yaitu perasaan yang hampir sama seperti saat aku diajak oleh pacarku ke rumahnya yang sedang kosong untuk petting. Aku memang bilang ke pacarku bahwa aku hanya mau bercumbu dan petting di tempat-tempat yang bersuasana nyaman seperti rumah atau kamar hotel.Saat itu kami melakukan petting dengan bertelanjang bulat seperti yang aku janjikan kepadanya kalau dia bisa punya kesempatannya. Pacarku sempat memaksa ingin melakukan penetrasi, tapi aku menolaknya bukan karena aku tidak mau tapi aku mengingatkannya bahwa janjiku untuk kali ini adalah bersedia melakukan petting sambil bertelanjang bulat dan tidak lebih dari itu. Kalau dia ingin bersetubuh denganku maka harus cari waktu lagi dengan syarat yang aku tentukan kemudian. Aku selalu diajarkan Mama untuk selalu bisa mengendalikan laki-laki atau mereka akan mengendalikan kita. Tetapi ternyata ceritanya jadi lain kalau berhadapan dengan Oom Yanto.


Oom Yanto menyewa kamar suite, sehingga kami bisa mengobrol sambil duduk sofa dan kursi yang ada bukan di duduk ranjang seperti yang aku khawatirkan sebelumnya. Hal ini tentunya melegakan aku tapi tanpa aku sadari membuatku menjadi lebih lengah karena hal itu sebenarnya tidak menghilangkan kenyataan bahwa aku tetap berada di dalam kamar tidurnya Oom Yanto. Entah kenapa kami berdua sama-sama duduk di sofa walapun sebenarnya masih ada satu kursi lagi. Di sana juga sudah tersedia minuman dan makanan ringan untuk menemani obrolan kami.


Awalnya aku bercerita dengan lancar mengenai pertengkaran Mamaku dan Papa tiriku dan bagaimana aku menjadi terganggu karenanya. Oom Yanto juga mendengarkan ceritaku dengan seksama tanpa perubahan ekspresi sedikitpun. Tetapi kelancaran ceritaku tiba-tiba menjadi tersendat saat aku harus mengajukan pertanyaan inti dari tujuanku bertemu dia. Wajahku berubah menjadi sedikit kemerahan karena menahan campuran perasaan malu dan penasaran.


“Begini Oom … Karin ingin Tanya kepada Oom” Aku coba membukanya dengan kalimat netral.


“Sok atuh apa yang akan kamu tanyakan “ Jawab Oom Yanto.


“Ta…tapi Oom jangan marah Ya ?” Kataku mulai gugup.


“Marah kenapa dan ke siapa ?” Balas Oom Yanto.


“Marah ke Karin atau malah marah ke Mama, Karin sware bahwa Mama ga tau kedatangan Karin ke sini” Lanjutku sambil mengangkat dua jariku seperti janji pramuka.


“Oom janji tidak akan marah tanpa alasan yang benar-benar jelas” Jawabnya dengan ekspresi keheranan.


“Begini Oom …eeee…apakah …eh …begini…apakah O..Om yang menghamili Mama ?” Akhirnya pertanyaan itu terlepas juga.


Oom Yanto merenung sebentar kemudian matanya melihat kembali padaku dengan tetap tidak ada perubahan emosi yang drastis pada wajahnya.


“Apakah jawaban Oom sangat penting buat Karin ?” Dia malah sekarang balik bertanya


“Be..betul Oom, Karin sangat terganggu oleh pikiran itu sejak saat itu” jawabku sambil menunduk


“Baiklah kalau memang Karin ingin tahu…. Oom mengakui bahwa memang sayalah yang menghamili Mamanya Karin tahun 2000 itu” Jawab Oom Yanto dengan suara lembut tapi tegas.


“Oom juga yang membantu Mama untuk melakukan aborsi karena Mamanya Karin saat itu belum merasa siap hamil tanpa ada suami, walaupun saat itu Oom juga tidak akan menentang kalau Mama kamu ingin mempertahankannya” Lanjutnya dengan ketenangan yang masih tetap sama.


Jawaban itu memang sudah aku duga dan sesuai dengan harapanku, tapi tetap saja perasaanku seperti dicampur aduk antara marah, sedih dan gembira. Marah karena ternyata Mama berselingkuh dengan teman yang merupakan suami dari temannya sendiri. Sedih karena ternyata Mama harus melakukan aborsi yang tentunya merupakan pilihan yang sangat berat baginya saat itu. Gembira karena selingkuhan Mama merupakan laki-laki yang aku anggap pantas menerima cinta Mama yang saat itu memang sedang sangat labil akibat perceraian dan juga ditinggal oleh Papanya Mama atau Kakekku. Tidak terbayang olehku nasib Mama kalau terjatuh ke tangan laki-laki yang lebih tidak bertanggung jawab.


Akhirnya aku hanya bisa menangis tersedu-sedu setelah medengar pengakuan langsung dari Oom Yanto yang keluar begitu saja tanpa harus aku paksa sama sekali. Oom Yanto kemudian memelukku sambil beberapa kali memberikan kecupan lembut pada kepalaku yang membuatku merasa lebih tenang sehingga akhirnya aku balas memeluknya untuk bisa menangis di dadanya yang bidang. Dengan lembut kepalaku di belai-belainya sambil membisikkan kata-kata menghibur di telingaku.


Entah berapa lama aku menangis di pelukan Oom Yanto, tapi sesudahnya badanku benar-benar menjadi lemas tidak bertenaga sehingga hampir jatuh terkulai di sofa. Oom Yanto lalu berinisiatif membopongku ke ranjangnya tanpa bisa aku tolak dan membaringkanku di atasnya sambil melepas sneakers-ku . Kancing atas bajuku juga dia longgarkan untuk memudahkan aku bernafas karena hidungku mulai tersumbat ingus akibat menangis terlalu lama. Oom Yanto sendiri kemudian berbaring di sisiku untuk membelai kepalaku sambil sekali-sekali mengecup pipi, hidung dan keningku.Setelah aku lebih tenang, Oom Yanto bertanya apakah aku juga ingin tahu alasan dan detail kejadian dari awal sampai akhir perselingkuhan Mamaku dengan dia. Aku jawab bahwa aku sangat ingin tahu dan berharap Oom Yanto tidak menghilangkan detailnya supaya aku bisa mengerti alasan Mamaku.


Oom Yanto mulai bercerita bahwa hubungan mereka terjalin lagi setelah acara reuni SMA. Hubungan yang dimaksud adalah curhat-curhatan karena waktu masih sama-sama di SMA sampai kuliah Oom Yanto dan Mamaku adalah teman yang sangat dekat walaupun tidak sampai pacaran. Pada saat terjalin hubungan lagi setelah reuni sama sekali tidak terpikir untuk adanya hubungan yang lebih jauh dari itu. Oom Yanto bahkan turut mensupport Mama dalam setiap kencannya dengan pria-pria yang dijodohkan dengannya, malah dia pernah juga turut menjodohkan temannya sendiri dengan Mama.


Entah bagaimana pada suatu kesempatan akhirnya Oom Yanto dan Mama melakukan hubungan badan tanpa direncanakan terlebih dahulu. Walaupun tidak ada komitmen, hanya didasari oleh hubungan persahabatan yang sudah lama terjalin maka mereka menjadi tanpa beban untuk terus berhubungan badan setiap kali saling memerlukannya sampai akhirnya Mama hamil. Aku juga melihat dalam kehamilan ini Mama punya andil karena memang dia yang meminta Oom Yanto untuk tidak menggunakan pengaman dengan alasan setelah melahirkanku tanpa alat pengaman pun dia tidak pernah hamil lagi oleh Papa kandungku sebelum kemudian bercerai. Tapi saat itu Oom Yanto belum menceritakan bahwa Mamaku juga pernah berselingkuh dengan dosen pembimbingnya yang dimulai saat dia masih menikahi Papa kandungku. Cerita ini aku dapat setelah hubunganku dengan Oom Yanto berlanjut.


Aku kemudian meminta Oom Yanto untuk menceritakan detail dari beberapa kejadian yang dianggap penting dalam berhubungan dengan Mama karena berharap dari detail itu apakah Mamaku adalah Mama yang aku kenal selama ini. Cerita pertama tentunya adalah tentang bagaimana peristiwa persetubuhan pertama yang berlangsung di rumah peristirahatan keluarga Mama di Lembang bisa terjadi tanpa direncanakan. Seperti yang aku duga dari sifatnya Mamaku, walaupun Oom Yanto yang pertama kali mencium bibir Mama, tapi Mamalah yang pertama kali mengambil inisiatif meminta berhubungan badan.


Cerita Oom Yanto yang sangat detail mengenai tahapan persetubuhan yang mereka lakukan pertama kalinya itu membuatku sampai merasa sedang mendengarkan cerita roman dewasa yang sangat realistis. Aku juga tidak menyangka mereka bisa tenang tetap bersetubuh walaupun sempat kepergok oleh Mamang penjaga rumah yang datang karena kaget oleh lolongan nikmat orgasme Mamaku. Oom Yanto juga bisa membuat Mama orgasme berkali-kali dengan melakukan beberapa variasi posisi serta rangsangan-rangsangan tambahan seperti memasukkan jari ke dubur Mama saat melakukan doggy style.


Nafasku mulai memburu karena membayangkan hubungan badan yang dilakukan Mamaku dengan saat petting yang aku lakukan dengan pacarku. Aku mulai merasakan kedua putting susuku mengeras dan celana dalamku jadi lembab dan kulit mukaku mulai merona merah menahan berahiku sendiri. Dengan gelisah aku coba gesek-gesekan kedua pahaku satu sama lain untuk mengurangi kegelisahanku itu.


Melihat perubahan padaku Oom Yanto lalu mengecup bibirku yang tanpa aku sadari jadi setengah terbuka sambil memegang pipiku. Setelah yakin tidak ada penolakan dariku, tanpa ragu-ragu Oom Yanto memangut bibirku dengan hangat yang aku balas tidak kalah mesranya sehingga akhirnya kami mulai berciuman. Oom Yanto ternyata sangat pandai mencium, ciumannya bukan saja enak dinikmati tapi juga memancing berahiku untuk ingin bercumbu.


Sambil berciuman tangan Oom Yanto sudah masuk kedalam rokku untuk mengelus paha dan pangkal pahaku tanpa perlawananku sama sekali bahkan aku mulai menikmatinya. Tidak berapa lama kemudian aku malah membantunya melepas rok dan celana dalamku dan memperbaiki posisi berbaringku agar bisa merenggangkan kedua pahaku supaya Oom Yanto lebih mudah menyentuh vaginaku.


“Ahhhhhh ….ahh…ahhhh…” Aku mendesah-desah saat tangan Oom Yanto dengan lincah bermain-main di dalam bibir vaginaku dan mempermainkan kelentitku.


“Addduuuuhhh …oucchhhhh ….” Aku menjerit kesakitan saat jarinya masuk masuk ke dalam pangkal lubang senggamaku yang memang belum pernah dimasuki benda asing.


Pada hari pertama mereka berhubungan badan, Mamaku mengalami lima kali orgasme dalam dua kali persetubuhan dari siang sampai sore, melakukan anal seks sebagai selingan dan melakukan oral seks di mobil sepanjang perjalanan pulang dengan menelan sperma Oom Yanto yang keluar tepat dipintu garasi rumahku. Aku jadi ingat kembali kejadian waktu itu saat menyambut kedatangan Mama yang setelah turun dari mobil Oom Yanto mulutnya terasa sedikit berbau amis saat menciumku yang mungkin berasal dari sperma yang ditelannya.


Petualangan seks Mama yang sangat hebat dalam satu hari membuatku terhanyut dalam gairah berahi mudaku yang memang sudah mulai mengenal kenikmatan seks. Sehingga dengan mudah Oom Yanto melucuti bajuku satu persatu hanya dengan memberikan rangsangan pada bagian tubuh yang tepat. Akhirnya menjelang bagian akhir cerita hubungan badan mereka di hari pertama, aku dan Oom Yanto sudah dalam keadaan telanjang bulat dengan tubuh Oom Yanto menindihku menciumi bibir, kuping dan leherku sambil menggesek-gesekkan penisnya pada vaginaku.


“Aduh Oom… Karin sudah mulai ga tahan ….” Maksudku adalah ingin mendapat lebih dari sekarang, tapi aku masih malu memintanya.


Oom Yanto malah memelorotkan badannya untuk menciumi, menghisap dan meremas-remas payudaraku yang membuat nafasku sesak seperti ada sesuatu yang akan meledak dari dalam. Setelah puas menciumi payudaraku, bibir Oom Yanto berpindah ke vaginaku. Kedua kakiku dinaikkannya ke bahunya sehingga pahaku seperti menjepit kepalanya. Dengan lahap dia menjilati vaginaku dengan lidahnya yang kasar, tidak ada satu bagian pun dari vaginaku yang luput dari sapuan lidahnya. Lalu dia mainkan kelentitku dengan lidahnya sebelum kemudian dihisap dan digigit-gigitnya yang membuat badanku jadi melenting-lenting nikmat.


“AAARRRRRRKKKKKHHHHHHHHH…..” Akhirnya aku mendapat orgasmeku yang pertama oleh seorang laki-laki karena ternyata aku tidak mendapat kenikmatan yang sama saat petting dengan pacarku.Lidah Oom Yanto bukannya berhenti setelah tahu aku mendapat orgasme, tapi malah dilanjutkan dengan menjilati cairan yang keluar dari liang vaginaku. Lidahnya juga mulai melakukan “penetrasi” yang membuatku benar-benar tidak bisa lagi berpikiran sehat selain ingin dipuaskan kebutuhan berahiku.


“Oomm … setubuhi Karin seperti Mama…please … Karin udah ga tahan …” Racauku, rupanya daya tahan dan kontrolku saat itu sudah bobol sehingga aku melakukan persis seperti yang Mama lakukan; mengajak bersetubuh.


“Tapi kamu masih perawan Karin… Oom ga berani” Jawabnya dari arah selangkanganku.


“Oom ambil aja keperawanan Karin semau Oom…sekarang Karin hanya ingin bersetubuh” Balasku.


Oom Yanto kemudian bangun sambil mengangkangkan kakiku lebar-lebar dan langsung mengambil posisi tempur dengan memasukkan penisnya ke dalam liang vaginaku yang sudah membengkak kemerahan.


“Aduuhhhh …enak ooommm….enak sekali ooommm …” Aku merasakan campuran rasa sakit dan nikmat yang amat sangat saat kepala penisnya mulai memasuki liang vaginaku dengan berputar-putar perlahan.


BLESSSSSSSSSSSSSSSSS ………..


Oom Yanto akhirnya memasukkan seluruh penisnya ke dalam liang vaginaku dalam sekali genjotan keras.


“Addduuuuduuuuuhhhh …. Sakiiitttt….ouchhhh….sakittttt…..Ohhhhhhhh…pelan-pelan Oooommm”


Mau tak mau aku mengaduh kesakitan saat selaput daraku ditembus oleh penisnya. Akhirnya keperawananku hilang oleh orang yang sama dengan yang menghamili Mamaku, tanpa ada rasa sesal karenaaku memang menginginkannya begitu saja.


“Ohhhh…ohhhh..ohhhh…sshhhh…shhhh…ohhhh..oohhhhhh” Aku terus mendesah dan mendesis saat liang vaginaku dipompa oleh penisnya.


“Teruskan ooommm…uuhhhh….uhhhh…aaahhhhh…uhhhh…nikmat sekaliiii”


Crok…crok… crok …. crok … crok ….Bunyi becek dari cairan vaginaku terdengar sangat seksi memacu gairahku semakin meningkat intensitasnya.


“Adduuuuuuuuuuuuh Oooooommmmmmmmm …..enak sekali rasanya”


CROK…CROK…CROK….CROK…CROK….


Bunyi itu terdengar semakin kencang dan gelombang kenikmatanku mulai datang bergulung-gulung .


“AAAARRRRKKKKKKKHHHHHHHHHHHHHHHHHH ……………..”


Aku meraung nikmat saat puncak gelobang nikmat itu menghantam tubuhku. Mataku terbelalak memandang pada orang yang mendatangkan kenikmatan ini sebelum akhirnya kembali terpejam untuk menikmati sisa-sisa alunannya.


Oom Yanto secara perlahan mengurangi frekuensi genjotan penisnya disesuaikan dengan irama nafasku yang semakin teratur lagi. Kami lalu berciuman dengan mesra sambil berpelukan dan melontarkan kata-kata pujian atas nikmatnya persetubuhan babak kesatu ini.


“Ooomm..tadi oom sudah keluar belum ?” Tanyaku sambil memegang pipinya dengan penuh rasa sayang.


“Belum sayang, Oom belum keluar tadi” Jawab Oom Yanto dengan tersenyum sambil mencium tanganku yang mengelus pipinya itu.


“Nanti Oom lepaskan di luar saja ya, kan Karin masih belum pakai proteksi dan Oom juga ga bawa kondom karena ga menyangka akan bersetubuh dengan Karin” Lanjutnya


“Keluarin di dalam saja Oom, Karin ingin merasakan yang Mama rasakan sehingga mau berkorban sampai hamil” Bantahku


“Tapi …” Oom Yanto terlihat ragu-ragu


“Ga apa-apa Oom, nanti Karin akan minum Morning After pill…banyak kok di bagian kebidanan” Kataku menenangkannya sambil mengelus-ngelus kepalanya yang sudah botak.


Oom Yanto kemudian membangunkanku sampai terduduk berhadapan dipangkuannya dengan penis yang masih tertancap di liang vaginaku. Dia kemudian memintaku melihat ke arah selangkanganku untuk melihat cipratan darah perawanku yang masih menempel pada paha dan perutku. Dengan spontan aku meraih blackberryku yang tergeletak di lemari pinggir ranjang untuk mengambil gambarnya beberapa kali dari beberapa sudut yang memungkinkan sebagai kenang-kenangan.


Setelah membiarkan aku puas memotreti vaginaku sendiri dengan sumpalan batang penis di dalamnya, Oom Yanto kemudian mulai menciumi payudaraku yang cukup besar, meremas-remasnya dan menghisap-hisap putingku yang kecil kecoklatan. Aku langsung diserang rasa geli yang amat sangat sehingga mulai melenting-lenting nikmat. Lentingan badanku juga mengakibatkan penis Oom Yanto jadi bergerak-gerak lagi dalam liang vaginaku.


Oom Yanto kemudian membaringkan tubuhnya sendiri dan membiarkanku duduk tegak di atas selangkangannya dengan posisi seperti orang menunggang kuda. Aku dimintanya mulai bergerak naik turun yang aku turuti juga walaupun agak canggung melakukannya karena merasa Oom Yanto sekarang bisa menonton tubuhku yang telanjang secara utuh. Tapi rasa nikmat yang kemudian aku rasakan membuatku melupakan itu semua, apalagi dengan posisi ini aku bisa menentukan sendiri bagian mana dalam liang vaginaku yang ingin “kebagian” penis lebih banyak karena lebih mendatangkan rasa nikmat buatku. Oom Yanto juga membantu dengan mengangkat pinggulnya setiap kali aku bergerak turun kebawah, membuat sodokan penisnya terasa lebih mantap.


“Heehhhh….hehhhh….hehhh….hehhh….hehhh…” Aku mendesah tertahan karena harus juga aktif bergerak naik turun menjemput sendiri kenikmatanku.


Keringatku bercucuran walaupun sebenarnya suhu ruangan cukup dingin karena AC dipasang secara penuh. Demikian juga dengan cairan vaginaku yang mulai mengalir deras di dalam liang sampai merembes keluar mengalir turun melalui kedua pahaku.


HEHHHHH ….HEEHHHHHH….HEEHHHHHHHH…HEHHHH….HEEHHHHHHHH …Nafasku semakin memburu dan gerakanku semakin tidak teratur karena merasakan orgasmeku akan segera datang


Tapi aku lihat Oom Yanto pun ekspresinya mulai berbeda karena terlihat seperti menahan sesuatu dan tangannya yang memegang pinggangku mulai bergerak-gerak dengan gelisah.


“Oommmmmmm…Karin udah mau dapet lagi !” Kataku setengah berteriak


“Saya juga udah mau keluarrrr” Sambut Oom Yanto


“AAAAAAAARRRGGGGGGGGHHHHHHHHH……..” Kami berdua hampir berasamaan mengeluarkan suara raung kenikmatannya saat berorgasme dan berejakulasi.


SRRRRTTTT…SRRRTTTTT….SRRRRTTT…SRRRTTTTT …SRRRTTTT …srttt…srrrtt ….srrrttt


Aku merasakan ada lima semprotan hangat yang tumpah dalam rahimku diikuti dengan belasan semprotan kecil.


Tanpa menunggu selesai aku segera menundukkan badanku untuk menciumi Oom Yanto yang dibalas dengan pelukan hangat. Kami terus berciuman dengan saling melumat bibir dan memainkan lidah masing-masing. Di dalam liang vaginaku kadang-kadang penis Oom Yanto terasa berkedut-kedut saat kami berciuman yang membuatku merasa geli, tanpa sadar aku kemudian membalasnya dengan melakukan kontraksi pada otot vaginaku sehingga seperti meremas penis Oom Yanto.


Oom Yanto mengajakku berguling pelan-pelan sehingga sekarang kembali aku ditindihnya


“Bagaimana sayang ….kamu merasa nikmat ?” Bisiknya ditelingaku


“Enak sekali Oom…sungguh” Jawabku sambil kembali menciumnya dengan mesra


“Aaahhhhhh ….” Aku melenguh saat Oom Yanto menarik penisnya sampai terlepas


Kemudian dia pergi ke kamar mandi dan kembali lagi membawa handuk yang sudah dibasahi dengan air hangat. Dengan lembut selangkanganku di bersihkan olehnya, terutama cairan vaginaku dan noda darah perawanku setelah itu baru dia membersihkan penisnya sendiri.


Kami terus mengobrol tentang masa lalu termasuk kabar mengenai keluarganya Oom Yanto dan anak paling besarnya yang merupakan teman bermainku dulu. Tidak lupa juga kutanyakan mengenai kabar teman-teman Mama lain yang aku ketahui sering bermain bareng. Terus terang aku merasa aneh dengan diriku sendiri karena merasa tanpa beban membicarakan hal itu seolah-olah itu hanya bagian dari obrolan basa basi. Aku juga sudah tidak merasa malu lagi bertelanjang bulat di depan Oom Yanto sambil tanganku memainkan penisnya yang sudah kuncup.


“Karin bisa temenin Oom malam ini ?” Tanya Oom Yanto dengan pandangan penuh harap sambil mengusap-usap tubuh telanjangku yang langsung membuat bulu-bulu tubuhku jadi berdiri karenanya.


“Memang kalau Karin nginep mau diapain lagi ?” Aku balik bertanya dengan manja sambil menaikkan kakiku untuk memeluk tubuhnya , tapi yang terpenting vaginaku jadi bergesekan dengan pahanya yang penuh bulu.


“Oom bisa ajarin semua gaya dan posisi bersetubuh yang pernah Oom lakukan dengan Mamanya Karin, bagaimana ?” Jawabnya dengan senyum penuh arti yang membuat jantungku seperti berhenti berdenyut.


“Kalau begitu boleh deh … tapi Oom janji sedikitnya Karin dapat lima gaya bersetubuh yang baru sampai besok pagi” Kataku dengan mimik pura-pura mengancam.


“Sekarang aku mau telepon Mama dulu ya…Oom jangan bersuara” Lanjutku sambil mengambil teleponku sambil membelakangi Oom Yanto.


“Halooo Ma ?” Akhirnya aku tersambung dengan Mama


“Karin malam ini tidak pulang sehabis giliran jaga, karena nambah shift sampai pagi menggantikan teman….hhhhh” Pembicaraan dengan Mama menjadi sedikit terganggu karena Oom Yanto malah memelukku dari belakang sambil meremas payudaraku dan mengelus-elus vaginaku.


“Ya Ma ….hhhhh …..Baik Ma …..ohhhhh …..Jangan dulu Ma ….uhhhhhh ….aduuuhhhhhh” Aku makin tidak bisa konsentrasi saat Oom Yanto mulai mempermainkan kelentitku.


“Ga ada apa-apa kok Ma …ahhhhh….a..aku hanya teleponnn…ohhh…. Sambil jalan” Jawabku sekenanya saat Mama bertanya kenapa aku seperti terengah-engah.


“Udahhh….duluuu ya Ma…a.a.aku udah mau sampai ….luv yu Ma….” Akhirnya aku bisa mengakhiri telepon yang penuh gangguan berahiAku segera membalik badanku sambil melotot kesal , tapi begitu melihatnya tersenyum nakal kekesalanku segera hilang apalagi bibirku dipangutnya untuk berciuman lagi.


“Oom nakal sekal….mmpppphhhhhhhhhh” Bibirku langsung dibungkam dengan ciumannya.


Kami kemudian berpelukan sambil terus berciuman, gesekan demi gesekan dari tubuh kami akhirnya membangkitkan kembali api berahi yang tadi sudah padam. Oom Yanto langsung memasukkan penisnya yang sudah mengeras ke dalam liang vaginaku saat badan kami masih berpelukan dengan rapatnya.


BLESSSSSSSSSSSSS ….


Penisnya masuk dengan mulus dengan satu dorongan kecil saja


“Uhhhhhhh……Oommm ….” Aku mengerang perlahan menikmatinya sambil mempererat pelukanku.


Posisiku yang saat itu ada di bawah diminta merapatkan kedua kaki dalam posisi lurus, sedangkan Oom Yanto kakinya mengangkangi aku sambil melilit atau mengait kakiku dari luar. Pada posisi ini gerakan penisnya menjadi hanya bisa naik turun karena terjepit oleh vagina sehingga setiap pergerakan sangat terasa kenikmatannya. Sebaliknya, letak vagina yang seharusnya menghadap ke bawah sekarang menjadi tertarik ke arah atas sehingga setiap Oom Yanto menarik penisnya ke atas, aku merasa seluruh bibir vaginaku turut tercerabut ke luar.


“Aduuhh Ooom … enak sekali rasanya…ohhh….hhhh.hhh.hhhh” aku mulai mendesah-desah kembali.


Oom Yanto memompakan penisnya makin lama makin cepat, sedangkan tubuhku yang dalam posisi “terjepit” hanya bisa pasrah menerima gempurannya yang makin lama terasa makin nikmat saja.


“Oooohhh … ohhhh….ohhhh….OOOOOOOOHHHHHHHHHHHHHHHHH….” akhirnya aku kembali mendapat orgasme hanya dalam hitungan beberapa menit saja.


“Enak ya sayang ? Vagina kamu jadi kerasa kenceng lagi ….” Bisik oom Yanto


“Iya Oom, enaaaaaak sekali …penis Oom juga sangat terasa gesekannya di dalamnya Karin” jawabku sambil menciumi keringatnya Oom Yanto yang mengeluarkan bau sangat khas.


“Sekarang kita coba anal seks ya sayang ? Mumpung cairan vagina kamu masih keluar untuk dipakai sebagai pelumasnya” Kata Oom Yanto


Aku sedikit tertegun dan agak ragu-ragu, tapi aku tahu Mamaku juga melakukannya.


“Kalau Karin ragu-ragu, ga apa-apa kok ga jadi juga … atau kalau kamu coba terus ga suka, bilang saja sama Oom untuk berhenti” Sarannya ketika melihatku ragu-ragu.


“Karin mau coba aja dulu … tolong Oom tunjukin caranya” Kuputuskan untuk mencoba aja dulu.Aku lalu disuruhnya membalikkan badan dalam posisi menungging atau merangkak, akhirnya aku memilih posisi merangkak.


“Ahhhhh …auhhhhh ….ahhhh” Aku kembali mendesah saat Oom Yanto memasukkan penisnya ke dalam vaginaku sambil diputar-putarkan untuk mendapatkan cairan vaginaku sebanyak mungkin menepel di kepala penisnya sebelum diarahkannya ke lubang anusku.


“OOOOOOMMMMM ….SAKIIIITTTTT….ADUUUUUUDUUUUUH SAKIIIIIIT” Aku nyaris menjerit histeris saat anusku ditembus oleh penisnya dalam sekali dorongan. Saking sakitnya aku sampai mengeluarkan air mata dan mulai menangis terisak-isak.


“Karin mau berhenti saja sayang ?” Kata Oom Yanto saat melihatku menangis kesakitan


“Te…teruskan aja dulu Oom…tapi pelan-pelan aja dulu ya …” Jawabku sambil menahan tangisku.


Dengan menggigit bibir aku berusaha menahan sakit sementara Oom Yanto mulai menggerakkan penisnya keluar masuk rectum melalui lubang anusku. Oom Yanto terus menerus mengambil cairan vaginaku untuk melumasi lubang anusku yang mulai terbiasa dengan masukknya penis ke dalamnya. Lama-kelamaan rasa sakitku mulai berganti menjadi rasa nikmat yang bisa dibilang aneh, karena berbeda dengan kenikmatan yang aku peroleh melalui lubang vagina.


“Oooohhhhhhh….Ohhhhhhh….Ohhhhhhh….Ohhhhhhh” Aku mendesah sambil memejamkan mataku.


“Ahhhhhhhhhh….” Desahku ketika secara tiba-tiba Oom Yanto mencabut penisnya dari anusku.


BLESSSSSSSSSS ….


Dengan hampir tapa jeda waktu penis tersebut langsung masuk kedalam lobang vaginaku yang sudah menunggu di sana.


“UUUUUUUUHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH….” Aku melenguh dengan keras saat penis itu meluncur dengan cepat untuk menancap kedalam tubuhku.


Tanpa menyiakan-nyiakan waktu, Oom Yanto langsung memompa penisnya kedalam liang vaginaku dengan kecepatan tinggi. Mungkin dia sudah bosan bergerak pelan-pelan saat menyodomiku tadi.


PLEK …PLEK …PLEK …PLEK ….PLEK …langsung terdengar bunyi beradunya pantatku dengan pangkal paha Oom Yanto yang sedang memompaku dari belakang. Payudaraku yang menggantung ikut tergoncang-goncang dengan kerasnya.


“Auuuuhhhhhhhh….ooohhhhhhh….ohhhhhhh….enak sekali Oommm…terus Oommmm…Ohhhhh” Aku kembali meracau nikmat dan sudah melupakan pengalaman disodomi tadi.


Kenikmatannya mulai datang bergelombang, tapi Oom Yanto malah semakin meningkatkan kecepatan pompaannya .


“Ohhhh ….Ohhhhh…Ohhhh …..Ohhhhh….Ohhhh” Aku terus melenguh


PROKS …PROKS…PROKS…PROKS… bunyi benturannya sekarang bertambah dengan bunyi-bunyian becek akibat air vaginaku yang kembali keluar.


“Aahhhhh ….ahhhhhh …ahhhhhh….ahhhh…uhhhh” Lenguhanku makin lama makin kencang


Badanku bergetar sangat hebat, tanganku hampir tidak mampu lagi menahan tubuhku dalam posisi merangkak sehingga kadang-kadang aku harus dalam posisi bersujud saat merasa lemas lalu kembali ke posisi merangkak bila sudah merasa lebih kuat lagi.


“AARRRRRRGHHHHHHHHH …OOOMMMMMM….KARIN UDAAAAH….SAMPE” Teriakku sambil menampung rasa nikmat yang datang


“Saya juga mau keluarrrrr …..” Kudengar Oom Yanto juga akan berejakulasi


“OOOOOOOOOOOHHHHHHHHHHH …..”Aku melolong nikmat saat kurasakan ada semprotan-semprotan hangat di dalam tubuhku.


“Ahhh …Ahhh …Ahhh….Ahhh …hhh…hhh…hhh” Kali ini Oom Yanto medesah tertahan setiap kali semprotan spermanya keluar.


Kepalaku sudah “nyungsep” di kasur karena kelelahan sebelum Oom Yanto melepaskan penisnya dari vaginaku lalu rubuh berbaring di sampingku. Aku berusaha merayap ke atas tubuhnya lalu kami berpelukan dan berciuman sambil saling membisikkan kata-kata sayang.


Hanya dalam tempo tidak lebih dari tiga jam, aku kehilangan keperawananku sampai dua kali, yaitu robeknya selaput daraku dan penetrasi lubang anusku oleh laki-laki sebenarnya lebih pantas menjadi ayahku. Tapi entah mengapa aku hanya merasa seperti sedang bertukar sepatu saja dengan Mamaku. Oom Yanto adalah “bekas” partner seks Mamaku yang sekarang aku “pakai” sebagai partner yang akan mengajarkan seks padaku.


Pada malam harinya kami melakukan makan malam yang cukup romantis di sebuah restoran papan atas. Sebelum pergi kami sempat bersetubuh lagi sambil berendam air hangat dan busa sabun di bathtub kamar mandi yang dilanjutkan dengan oral seks di shower saat membersihkan badan. Oom Yanto dengan posisi berdiri sedangkan aku dengan posisi berlutut didepan penisnya. Aku dimintanya menelan seluruh air mani yang keluar yang tanpa ragu-ragu aku penuhi begitu saja.


Setelah kembali ke Hotel kami mencoba berbagai variasi dan gaya persetubuhan yang sering dilakukan Mama dan Oom Yanto sebelum akhirnya kami tertidur karena kelelahan dengan bertelanjang bulat.Pada esok paginya aku sudah disetubuhi Oom Yanto lagi dari arah belakang saat aku masih terlelap tidur. Sedangkan sebelum chek-out, kami kembali melakukan persetubuhan kilat dengan masih menggunakan baju lengkap dengan meja kerja di kamar suite sebagai alasnya.


Semua style yang kami lakukan adalah sama dengan yang pernah dilakukan Mamaku dengan Oom Yanto. Sebenarnya saat aku berpisah dengan Oom Yanto, aku bertekad untuk melupakannya dan mulai menjalani kehidupanku sendiri. Tapi dalam kenyataannya aku susah sekali melupakannya, apalagi setelah aku dapati pacarku tidak dapat memberikan kepuasan di ranjang kepadaku seperti yang diberikan Oom Yanto dalam semalam.


Akhirnya dengan alasan ingin napak tilas petualangan Mama, aku mengajak Oom Yanto bersetubuh langsung di tempat-tempat di mana mereka berdua pernah melakukannya dulu, termasuk rumah peristirahatan keluarga Mama di Lembang dan rumah nenekku di Bandung. Biasanya kami membuat janji untuk ketemu paling tidak sebulan sekali untuk bersetubuh.


Penjaga rumah peristirahatan keluarga Mama hanya geleng-geleng saja saat melihat aku membawa laki-laki ke sana untuk diajak berhubungan badan. Untungnya Mamang penjaga rumah sudah tidak ingat lagi kepada Oom Yanto sebagai laki-laki yang sama yang meniduri Mama dulu di sana.


Dari aktivitas ini aku jadi mulai ingat kapan saja Mama dulu pamit kepadaku untuk “dinas” beberapa hari, padahal sebenarnya dibawa oleh Oom Yanto dalam perjalanan dinasnya ke beberapa kota di dalam negeri. Selain main di hotel berbintang, ternyata mereka juga suka bermain di hotel-hotel kecil di sepanjang jalan menuju Lembang sampai ke Ciater kalau sudah kepepet ingin bersetubuh.


Walaupun aku selalu meminum Morning After Pill setiap habis bersetubuh tapi akhirnya aku sempat mengalami telat haid juga dengan hasil test pack positif yang memaksaku meluruhkan janin benih Oom Yanto yang ternyata sudah sempat berusia 6 minggu.


AKu juga akhirnya memutuskan hubunganku dengan pacarku yang sama-sama kuliah kedokteran karena dia selalu bertanya kenapa anusku bentuknya mulai seperti corong yang lama-lama makin dalam yang dia lihat saat menyetubuhiku dengan doggy style. Dengan pengetahuan medisnya bentuk anus seperti itu hanya bisa di dapat apabila sering melakukan anal sex, padahal aku dan pacarku tidak pernah melakukan anal sex, aku hanya melakukannya dengan Oom Yanto saja.

Saya Seseorang Sex Lesbian pada adik, kakak

Saya Seseorang Lesbian - Ini yaitu satu Narasi Sex Lesbian pada adik, kakak serta seseorang rekannya. Cerita sex sesama type (perempuan) yang benar-benar menggairahkan! Lesbian pada Gia, risa serta adiknya, Marissa (24 th., setelah itu dimaksud Risa) yaitu seseorang mahasiswi di satu perguruan tinggi swasta di kota Yogyakarta. Sesudah semester 6 inilah libur sepanjang sekitaran sebulan. Dia isi waktu dengan lakukan kerja praktik pada suatu industri di satu kota di Jawa Tengah. Karna tidak memiliki saudara atau rekan di kota itu, jadi oleh direksi industri itu dia dititipkan ke tempat tinggal kontrakan satu diantara karyawati yang bernama Gia Amalia (23 th., setelah itu dimaksud Gia). Kebetulan Gia tinggal sendirian dirumah itu. Nikmati narasi dewasa lesbian paling baru cuma . 

 Saya Seseorang Sex Lesbian pada adik, kakak



Malam itu Risa sudah tiba dirumah Gia serta segera dijamu dengan makan malam. Mereka berdua berbincang-bincang tentang beberapa hal. Usai makan malam juga mereka masih tetap asik berbincang-bincang. Sepanjang berbincang-bincang itu Risa kadang-kadang melirik ke-2 payudara Gia yang memiliki ukuran 40. Ke-2 payudara Gia yang dilapis bra berwarna hitam serta kaos putih ketat itu membuat iri Risa. Dia iri karna ke-2 payudaranya cuma memiliki ukuran 32. 


“Kenapa Ris? ” Bertanya Gia yang rupanya memerhatikan lirikan mata Risa. “Nggak kok. ” Elak Risa sembari tersenyum. “Jujur saja. Saya tahu apa yang kau fikirkan. ”“Bener mbak. Tidak apa-apa kok. ” Risa masih tetap menghindar. Dia juga mengatakan mbak pada Gia walau dia lebih tua dari Gia. Risa sendiri yang minta untuk menyebut Gia dengan sebutan mbak saat tiba dirumah Gia karna argumen senioritas. Gia sudah bekerja sedang dia masih tetap kuliah. 


“Kamu heran ya? Mengapa ke-2 payudaraku beda dengan ke-2 payudaramu? ”“Iya. Diapakan mbak? Gunakan obat ya mbak? ” Bertanya Risa yang rambut lurus cepaknya berwarna kemerah-merahan. “Pakai oil. ” Jawab Gia singkat. “Boleh minta? ”Gia cuma mengangguk serta berdiri dari kursi menuju kamarnya. “Nggak usah saat ini mbak. Besok saja. Risa telah ngantuk. Ingin tidur. Besok kan mulai kerja. ” Hindari Risa yang berdiri dari kursi. 


Gia yang rambut panjangnya berombak serta hitam dan diikat membalikkan tubuhnya serta membereskan meja makan dibantu oleh Risa sembari membahas beberapa masalah pekerjaan besok. Kemudian mereka berdua melihat tv. Cuma sebentar Risa melihat tv. Gia menyuruh Risa tidur di kamar yang sudah disiapkannya. Dia sendiri juga menyusul tidur. 


Risa yang masih tetap capek karna perjalanan dari Yogya berupaya tidur. Bayangan ke-2 payudara Gia yang besar membuatnya susah tidur. Pada akhirnya sesudah sebagian waktu dia juga tertidur. Pagi harinya dia terbangun. Dia lantas menuju dapur. Di sana sudah ada Gia yang tingginya sama juga dengan tingginya, yakni sekitaran 165 cm. Beratnya saja yang lain. Beratnya sekitaran 48 kg. Sedang berat Gia sekitaran 50 kg. Dia tengah membuat teh. Risa menghampirinya. Gia yang mengerti kehadiran Risa lantas berbalik. 


“Bagaimana? Dapat tidur tidak? ” Bertanya Gia. “Nggak dapat mbak. Ingat payudara mbak sich. ” Jawab Gia sembari tersenyum yang dibalas oleh Gia dengan senyuman. Lalu lanjutnya. “Boleh tidak mbak, Risa saksikan ke-2 payudara mbak? ” 


Tanpa ada menanti kesepakatan Gia, Risa telah buka ikatan kimono tidur berwarna coklat yang digunakan Gia. Rupanya tubuh berkulit sawo masak itu cuma menggunakan celana dalam berwarna putih. Gia juga buka ikatan kimono tidur berwarna hitam yang digunakan Risa. Sama juga dengan dianya. Risa yang berkulit putih mulus juga cuma menggunakan celana dalam berwarna kuning. Mereka berdua menjatuhkan kimono semasing ke lantai. Serta Risa segera membelai payudara kanan Gia. 


“Eeehmmm…” Desah Gia. 


Gia lantas membalikkan tubuh Risa. Dibelainya tato bergambar kepala cewek di punggung samping kanan Risa. Dia lantas membelai paha kiri Risa dengan tangan kirinya. 


“Eeehmmm…” Desah Risa. 


Lantas di turunkannya celana dalam yang digunakan Risa hingga lepas dari tubuhnya. Lalu giliran Risa yang turunkan celana dalam yang digunakan Risa hingga lepas juga dari tubuhnya. Risa lantas jongkok serta membelai belahan ke-2 payudara Gia dengan tangan kanannya.


“Eeehmmm…” Desah Gia.


Tangan kiri Gia lalu memegang tangan kanan Risa dan diremaskannya ke payudara kirinya.


“Ooohhh…” Desah Gia.


Risa lalu mundur dan duduk di kursi sambil menarik tubuh Gia. Sambil duduk dia menjilati payudara kanan Gia.


“Eeehmmm…” Desah Gia.


Tangan kirinya membelai vagina Gia. Tangan kirinya lalu meremas payudara kanan Gia dan lidahnya menjilati puting payudara kanan Gia.


“Ooohhh…aaahhh…ooohhh…eeehmmm… ” Desah Gia.


Beberapa saat kemudian Risa membalikkan tubuh Gia. Dari belakang kedua tangannya lalu membelai kedua payudara Gia dan dilanjutkan dengan meremas kedua payudara Gia.


“Eeehmmm…ooohhh…” Desah Gia.“Sudah Ris. Nanti kita terlambat. Kita kan belum mandi dan sarapan.” Kata Gia sambil melepaskan diri dari jamahan Risa. Kemudian Gia masuk ke kamar mandi yang tepat berada di samping dapur. Risa mengikutinya.“Bolehkah aku ikut mandi dengan mbak ?” Tanya Risa yang masih berdiri di pintu kamar mandi.


Gia yang sedang mandi di bawah pancuran hanya menganggukan kepala sambil tersenyum menantang. Risa kemudian bergabung mandi dibawah pancuran. Dia langsung disambut dengan Gia yang menempelkan tubuhnya ke tubuh Risa. Dia mematikan pancuran dan tangan kirinya membelai vagina Risa dan tangan kanannya memeluk pinggang Risa.


“Ooohhh…aaahhh…” Desah Risa.


Kemudian Gia semakin merapatkan tubuhnya yang basah ke tubuh Risa yang juga basah. Kedua payudaranya menempel di kedua payudara Risa yang kecil.


“Ooouhhh…” Mereka berdua sama-sama mendesah.


Bibirnya ditempelkan juga ke bibir Risa. Mereka berdua berciuman dan saling berjilatan lidah. Tiba-tiba Risa terpeleset. Untung dia bisa cepat menguasai tubuhnya sehingga dia tidak merasa kesakitan. Tapi dia tidak segera berdiri. Dia ingin Gia menolongnya. Dengan harapan dia dapat menarik tubuh Gia supaya ikut terjatuh. Ternyata Gia mengambil selang pancuran dan airnya disemprotkan ke vagina Risa. Hanya sebentar. Dia lalu berjongkok dan menyabuni vagina Risa dengan sabun. Diciumnya juga bibir Risa yang membalas dengan hebatnya. Lama sekali Gia menyabuni vagina Risa sambil sesekali jari tengah tangan kanannya dimasukkkan ke vagina Risa. Sementara tangan kirinya menuangkan sabun cair ke dalam bathtub.


Lalu Gia menarik tubuh Risa untuk masuk ke dalam bathtub. Mereka berdua lalu saling mengusapkan busa sabun ke tubuh mereka. Sesekali mereka berdua berciuman sambil saling menjilatkan lidah. Mereka berdua juga saling berpelukan dan menempelkan kedua payudara mereka.


“Ooouhhh…” Mereka berdua sama-sama mendesah.


Kemudian Risa membersihkan busa sabun yang berada di kedua payudara Gia dengan kedua tangannya. Dijilatinya puting payudara kanan Gia.


“Eeehmmm…” Desah Gia.


Perlakuan Risa membuat tubuh Gia semakin naik dan menjadikan dia berdiri dengan bersandar pada dinding kamar mandi. Risa sudah tidak lagi menjilati puting payudara kanan Gia. Kini dia membersihkan busa sabun di vagina Gia dengan air. Lalu dia menghisap vagina Gia dengan lidahnya.


“Aaaghh…ooohhh…” Desah Gia.


Gia hanya bisa meremas-remas sendiri kedua payudaranya dengan kedua tangannya. Sesekali tangan kiri Risa juga meremas payudara kiri Gia.


“Ooohhh…” Desah Gia.


Mulutnya naik kembali ke atas dan menghisap payudara kiri Gia sambil jari tengah tangan kanannya mengocok vagina Gia.


“Oooughhh…aaahhh…ooouhhh…” Desah Gia.


Dia lalu menempelkan kedua payudaranya ke kedua payudara Gia.


“Ooouhhh…”


Dipeluknya Gia sambil menjilati lehernya. Tangan kiri Gia juga meremas pantat Risa.


“Eeehmmm…” Mereka berdua sama-sama mendesah.


Risa kemudian menyodorkan payudara kanannya yang kecil ke mulut Gia yang mau saja menghisapnya.


“Oooughhh…” Desah Risa.


Tetapi hanya sebentar. Gia menuntun Risa untuk membungkuk dengan kedua tangan berpegangan pada dinding kamar mandi. Digesek-gesekannya kedua payudaranya ke punggung Risa.


“Ooouhhh…” Desah Gia.


Mereka berdua kemudian sadar bahwa mereka akan bekerja. Sehingga akhirnya mereka menyudahi permainannya. Mereka berdua kemudian mandi sambil sesekali masih saling membelai tubuh mereka. Terutama Risa yang sering membelai kedua payudara Gia bergantian. Dia terpesona dengan kedua payudara Gia yang besar.


Sore harinya ketika pulang dari bekerja. Permainan mereka berdua berlanjut kembali.


“Mbak. Minta oilnya dong.” Kata Risa.


“Sini.” Kata Gia sambil menarik Risa ke kamarnya.


“Buka semua pakaianmu.” Lanjut Gia.


Risa hanya menurut saja. Dia membuka semua pakaiannya. Ternyata Gia juga membuka semua pakaiannya. Kecuali celana dalam. Gia lalu mengambil sebuah botol dari lemarinya. Botol yang bertuliskan Breast Oil. Kemudian dihampirinya Risa yang sedang melepas miniset yang dipakainya. Dia tinggal memakai celana dalam. Gia kemudian memegang payudara kanan Risa dan menuangkan isi botol ke payudara kanan Risa setelah membuka tutupnya. Tangan kirinya kemudian meremas-remas payudara kanan Risa.


“Ooohhh…” Desah Risa.


Kemudian remasan tangan kirinya berpindah ke payudara kiri Risa.


“Ooohhh…” Desah Risa.


Dia lalu membalikkan tubuh Risa dan menuangkan isi botol ke punggungg Risa. Diletakkannya botol itu ke meja dan dengan kedua tangannya diratakannya cairan itu ke seluruh tubuh Risa bagian atas.


“Eeehmmm…” Desah Risa.


Lalu dibalikkan kembali tubuh Risa sambil tangan kanannya mengambil botol di meja. Diserahkannya botol itu ke Risa.


“Gantian ya.” Kata Gia.


Risa hanya mengangguk sambil menerima botol itu dari tangan Gia. Dia kemudian menuangkan isi botol ke kedua payudara Gia sekaligus dalam jumlah besar. Kemudian dilemparkannya botol itu ke tempat tidur setelah ditutup. Kedua tangannya kemudian meratakan cairan itu ke seluruh tubuh Gia bagian atas terutama ke kedua payudara Gia.


“Eeehmmm…ooohhh…” Desah Gia.


Setelah dirasa cukup, Gia lalu memeluk Risa dan menggesek-gesekkan kedua payudaranya ke kedua payudara Risa selama beberapa menit.


“Ooouhhh…”


Lalu mereka berdua melepaskan pelukan dan saling meremas kedua payudaranya.


“Ooohhh…”


Gia menghentikan remasannya pada kedua payudara Risa. Dia keluar kamar dan mengambil dua botol air mineral dari kulkas. Dia masuk kembali ke kamar dan dilihatnya Risa masih meremas sendiri kedua payudaranya.


“Ooohhh…” Desah Risa.


Di depan Risa, Gia membuka salah satu botol dan dengan menari-nari dia mengucurkan sedikit demi sedikit air itu ke kedua payudaranya. Gia membersihkan cairan dengan air mineral itu.


“Eeehmmm…” Desah Gia.


Risa tertarik dan mengambil botol satunya dari tangan Gia. Dengan berhadap-hadapan Risa juga membersihkan cairan pada kedua payudaranya sendiri.


“Eeehmmm…” Desah Risa.


Gia melihat sebuah kesempatan. Tangan kirinya meremas dan menjilati payudara kanan Risa yang bertambah besar dari biasanya meskipun tidak sebesar dari yang dia punya.


“Ooohhh…eeehmmm…” Desah Risa.


Dibalikkannya tubuh Risa dan dari belakang tangan kirinya meremas kedua payudara Risa bergantian.


“Ooohhh…” Desah Risa.


Sementara tangan kanannya masih mengucurkan air dari botol. Tangan kanan Risa juga mengucurkan air ke kedua payudaranya. Tubuh mereka berdua basah dan Risa membalikkan tubuhnya. Dipeluknya Gia. Kedua payudara mereka yang berbeda ukuran menempel dan saling menggesek.


“Ooouhhh…” Mereka berdua sama-sama mendesah.


Hampir tiap hari Gia meremas kedua payudara Risa dengan Breast Oil yang berlanjut dengan percumbuan yang sangat panas.. Sampai akhirnya kedua payudara Risa sama besarnya dengan kedua payudaranya bertepatan dengan berakhirnya masa kerja praktek Risa di tempat Gia bekerja.


Aku sekarang duduk di bangku SMU kelas IPA, aku anak pertama dari dua bersaudara, adikku namanya Wawan. Kemarin siang ayah ku pergi seminar di jakarta karena seorang direktur sebuah bank swasta dan ibuku juga ikut bersamanya. sedang pembantuku minta ijin pulang kampung karena keluarganya ada yang sakit. jadi, malam ini rumah sepi banget rumah segede itu cuma dihuni dua manusia, bayangin aja.


Wawan sekarang udah duduk di SMU kelas 2, karena umur kami hanya selisih satu tahun. dia pulang pukul 19.00 karena dari rumah temennya.


“Dari mana kamu Wan ?”


“Dari rumah Aji”


“Ngapain ?”


“Maen, emangnya ada apa ?”


“Oh…nggak ada apa-apa, ya udah cepetan sana mandi”


“O.K kakakku yang manis” sembari nunggu adikku mandi iseng aku meriksa isi tasnya cuman pengin tau aja. Ketika aku nemuin VCD BF spontan aku kaget, tapi normallah anak seumuran dia, lalu aku masukin lagi ke dalam tasnya. selesai ganti baju dia duduk di sofa kamar tengah sambil tiduran. aku di dapur. Aku ke kamar tengah sambil bawa dua jus jeruk kesukaan kami.


“mau nggak ?”


“thanx kakakku yang baik”


“kak mau nonton nggak ?”“nonton apaan ?” aku udah milai curiga.“…ini ” kata wawan sambil ngeliatin BF temennya itu.“boleh ” soalnya aku juga pengin tahu kaya apa sich cerita temen-temenku itu. langsung aja dia ngidupin TV terus masukin VCD itu ke Playernya, aku bener-bener deg-degan… sambil nonton itu wawan tiduran di karpet aku tetep di atas, tanpa sengaja ketika aku ngeliatin wawan ternyata boleh juga, soalnya dia pemain sepakbola inti di sekolahnya, bodinya tinggi kekar. tak terasa memek-ku terasa hangat aku coba merasakannya aku udah mulai orgasme. aku cepet-cepet ke kamar mandi bersiin memek kesayanganku itu. saat aku keluar aku liat wawan sedang ngelus-elus Mr. P-nya. aku makin deg degan. Setelah selesai filmnya aku pergi kekamar tidur.“kak aku boleh nggak tidur sekamar ?”“boleh aja” ada perasaan aneh tiba tiba aku pengin maen kaya di film itu tadi. sampai di kamar wawan langsung terlentang di bed.“aku mau ganti baju” kataku“silakan aja, kakak ” satu persatu kancing baju aku lepas tinggal BH pink, terus rok yang aku pake juga aku lepas tinggal CD ku yang bergambar mawar. saat aku mau ngambil piyama tiba-tiba wawan memanggilku“kak, ternyata kakak ini sexy juga ya ”“jelas dong”“boleh nggak wawan memeluk kakak ?”


Aku mikir lama banget, tiba-tiba wawan memeluk aku dari belakang. sejak saat itu aku sudah pasrah di pelukan adik kandungku sendiri. ia mulai menarik aku ke tempat tidur lalu menidurkan aku dengan posisi terlentang dengan kakiku menginjak lantai. dia langsung buka baju, celana dan semuanya dia lepas sampai bugil. secara perlahan dia menarik CD ku lalu melemparkannya. dari kaki dia menjilatiku, sampai di paha mulai ada yang lain, entah perasaan apa itu. dia terus naik ke atas lalu dia menyibak rambut halus yang menutupi memekku lalu menjilatinya terus terang aku menikmatinya.“wan…terus wan”“mmmh…kkakk…nikmati aja kak…”” terus wan…jangan berhenti di situ” dia kembali naik, lalu melucuti Bh ku toket putihku di jilatinya dia remas penuh nafsu lalu dia mengulumnya sedang tangan kakannya main-main di clitorisku.“teruskan wan…jangan menyerah”“mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmhhhhhh h…” dia terus ke atas, lalu menarik ku. kini tubuhku semua ada di springbed. tanpa basa basi dia langsung menanamkan roketnya di liang gua milikku. dia terus memainkannya di dalam dengan penuh semangat seorang atlet.“sorry kak hampir keluar”“di dalem aja” aku sudah orgasme berkali-kali dan dia baru satu kali ini …dan..“ahhhh…kak”“nikmatnya wan”“aku nggak kuat lagi kak” dia langsung rebahan di sampingku aku masih memegangi memekku itu. aku liat burun kesayangannya udah hampir tidur. lalu aku dekatkan wajahku ke kontol-nya, aku jilat, aku kocok secara bergantian, mulai tegang kembali. wawan kini menikmatinya“nikmati aja wan”“kak…”aku terus mengocoknya, lalu aku kulum aku biarkan kontolnya mainan di mulutku di sangat menikmatinya. sekarang wawan bersemangat lagi dia bangun tapi dia tetap di bawah dan aku tetap di atas jadi sekarang giliranku main. aku tuntun alat vitalnya menuju memekku dan aku masukkan lalu aku menidurinya aku menjilati dadanya yang bidang sambil terus memainkan memekku, sampai akhirnya kami mencapai ejakulasi yang kedua kalipun akhirnya pasrah.“gimana wan, siapa yang menang ?”“kakak memang hebat,” katanya.


Lalu aku bangun, terus ke kamar mandi untuk mandi sebelum tidur. aku sandaran di tembok kamar mandi yang ada di kamarku itu sambil memegang shower dan tanganku yang sakit memegang memek yang terasa agak sakit karena pertama kali aku main. tiba-tiba wawan mendekatiku lalu meminta showernya, kamipun mandi bersama. aku membelakangi tembok dan wawan menghadap tembok. wawan memulai penetrasi lagi.“mau lagi wan…”“sebentar aja kak ”“ayo…” dia mulai menciumi bibirku lalu kebawah hingga leher lalu di main di belakang telingaku. tangan nya memegang toketku sedang dia terus melakukan penetrasi ke memek-ku. dan akhirnya babak ketiga selesai. lalu dia membopongku ke sofa. lalu menidurkan aku di situ, kini dia lebih variatif mulai dari main belakang, anal, oral, dog style, pet style, 69 sampai posisi yang aku nggak tahu namanya. dia benar-benar hebat. dia mengangkatku kembali ke springbed lalu dia menyelesaikan permainan babak ke empatnya di sana sampai coverbedku basah oleh keringat dan spermanya.“maafin wawan ya kak yang lancang”“tak apa, bahkan aku yang terima ksaih kamu mau mengajariku” akhirnya kami berdua tertidur. jam enam pagi saat aku bangun aku kaget melihat kami telanjang, tapi lalu aku sadar dan teringat kejadian semalam. tiba-tiba keinginan itu muncul kembali di benakku. langsung aku jilati kontol-nya. dan dia terbangun.“ya ampun kakak ” …drama lima babakpun selesai.


TamatPerkenalkan nama saya Lia (nama samaran). Saya ingin menceritakan kisah saya lima tahun yang lalu . Waktu itu saya seorang siswi di suatu sekolah kelas lima SD.Saya tinggal di kota M, dan kakak saya sudah pada kuliah di kota lain.Oleh karena itu kami dirumah cuman bertiga yaitu ayah, ibu dan aku tentunya.


Dua tahun kemudian, dimana saya akan melanjutkan sekolah ke SMP, kami kedatangan tamu dari luar kota yaitu Bibi saya.Katanya sih anaknya mau sekolah di kota saya dan tinggal dirumah kami.Namanya Budi(nama samaran), hidungnya mancung, kulitnya putih.Trus, akhirnya kami jadian satu sekolah, dia kelas enam SD dan aku kelas satu SMP.


Waktu itu, orang tua ku lagi pergi keluar kota untuk mengikuti acara dan akan pulang esok lusa hingga kami tinggal berdua dirumah.Nah waktu itu siBudi lagi mandi sore dan tentunya seperti biassa dia nyanyi di dalam.Kebetulan aku mau pipis lalu ngetuk pintu trus bilang,“Siapa nih didalam?”, dia menjawab seraya membuka pintunya sedikit,“kenapa?”, aku akhirnya masuk menerobos pintu lalu membuka celanaku dan berkata, “aku mau kencing nih!”.Rupanya dia ngeliatin memekku terus,“eh, kamu jangan ngeliatin aja dong, sana lanjutin tuh mandimu” kataku seraya menutup anuku, dan tak sengaja akupun melihat anunya dan berkata,“punyamu kok lucu yah”, diapun berkata,“eh, yang ini hebat lho, ini bisa tambah besar asalkan kakak mau membantu”.Lalu aku berkata,“ah, aku tak tertarik kok, jijik, lagian mana mungkin itu bisa membesar”. Padahal aku sebenarnya tahu kok cuman belum pernah ngaliatin langsung.Lalu diapun berkata,“bisa deh kak, kakak pegangin aja pasti deh tambah”.Lalu akupun memegangnya dan tak terasa memang anunya membesar,“wah bisa yah”, dan tak terasa dia pun mengeluarkan suara ,“ahhh…lalu makin lama anunyapun makin membesar dan sementara itu aku pun sudah basah. Lalu dia bilang,“eh, kak aku pegang itumu ya”, seraya tangannya megang.Lalu akupun menghindar dan mengatakan,“ah jangan deh, kamu ngak jijik yah”.Lalu dia berkata, “buat apa jijik, orang ini enak kok, pegangin ya kak”.Lalu akupun sebenarnya pengen juga dipegang tapi agak jaga gengsi, tapi karena aku tak tahan aku biarkan aja dia megang memekku, soalnya aku belum pernah merasakannya,“tapi pelan-pelan yah”, kataku.Lalu dia pun mengelus-elus memekku tapi aku tetap mencoba bertahan untuk tidak tergoda melakukannya lebih jauh.aku lalu berkata lagi,“eh sudah belum?” tapi sementara aku sebenarnya tidak pengen dia berhenti melakukannya.“bentar lagi deh kak,” katanya sambil terus mengelus, memasukkan tanggannya sehingga akupun tak tahan lagi dengan perbuatannya itu,“ahhhhhh…” akhirnya aku pun mengeluarkan suara itu.“enak khan kak”, katanya.“mmhhh…” aku pun menjawabnya asal.“eh, kak aku boleh ngak mendekatkan anuku ke memek kakak?”katanya lalu aku menjawabnya,“iya deh, tapi jangan dimasukin yah”.Lalu dia pun mendekatkan anunya ke memekku sehingga aku hampir saja menjerit.“kak, aku masukin yah sedikit” katanya.Aku yang sebenarnya sudah sangat birahi tak kuasa lagi menolak,“iyah tapi pelan-pelan yah”.Lalu akhirnya diapun memasukkan kontolnya ke memekku sehingga aku menjerit kecil. Lalu lama kelamaan dia memasukkan kontolnya lebih dalam lagi dan sambil menggoyang pantatnya kuat kuat.“ahhh…kak…enakk banget kaakkkk” katanya.“iyah…aku pun merasa begitu…”Dan entah mengapa dia kemudian berhenti, kak aku sudah pipis,“sementara itu akupun merasakan yang belum pernah kurasakan yaitu sangat nikmat sekali.“yah akupun merasa begitu Bud…”. Akhirnya kami pun sama-sama mandi dan melakukannya lagi.

Saya Selingkuh Dengan pesona permainan sex bapak tiriku

Saya Selingkuh Dengan pesona permainan sex bapak tiriku Bila saat ini kuungkapkan cerita kehidupan asmaraku, itu bermakna saya telah tidak dapat sekali lagi menaruh rahasia ini seseorang diri. Saya tahu, saya sudah bermain api dengan berselingkuh dengan bapak tiriku. namun saya betul-betul sudah terbenam didalam pesona permainan sex bapak tiriku. 



Saya Selingkuh Dengan pesona permainan sex bapak tiriku


Semua bermula saat saya kehilangan bapak kandungku pada umur 18 th.. Saat itu, roda ekonomi keluarga kami tidaklah terlalu terguncang, karna ibu pintar mencari uang. Semasa bapak masih tetap hidup, ibu telah menyokong ekonomi keluarga dengan usaha kateringnya. Oleh karenanya, sepeninggal Bapak, ibu tidak berfikiran untuk mencari penggantinya, karena sangat repot mengurusiku serta ke-2 adik lelakiku. 


Dua th. berselang sesudah kematian Bapak, mendadak kami dikagetkan dengan pengucapan ibu yang mohon restu untuk menikah kembali dengan Pak Juwono (45). Kami memanglah telah mengenalnya dengan baik, karna dia seringkali berkunjung kerumah kami. Tetapi, kami berfikir Pak Juwono hanya sahabat ibu. Sebab Pak Juwono bertamu ke tempat tinggal kami seperti tamu-tamu yang beda. Lebih-lebih ibu juga berlaku bebrapa umum saja. ibu tidak tunjukkan dalam keadaan tengah jatuh cinta. 


Kami semuanya merestui hasrat ibu untuk menikah sekali lagi. Pertama, karna umur ibu masih tetap termasuk muda, 38 th., untuk mengarungi hidup ini sendirian. Ke-2, karna kami ketahui kalau Pak Juwono berstatus duda tanpa ada anak. Pak Juwono yaitu pria yang masak, penyayang, serta bertanggungjawab. Saya serta ke-2 adikku telah cukup dekat dengannya. 


Masuknya Pak Juwono jadi anggota baru keluarga kami memanglah membawa beberapa warna beda dalam kehidupan keluarga kami. Saya pribadi begitu suka dengan terdapatnya profil seseorang bapak pengganti. Selalu jelas, jadi anak perempuan hanya satu saya haus akan perhatian serta kasih sayang seseorang bapak. Terlebih di umur 20 tahunan saya menginginkan ada yang membimbingku dalam soal cinta serta terkait dengan pria. Saya berharap dapat menimba pengalaman dari bapak tiriku ini. 


Kedekatanku dengan bapak tiriku membuat ibu bangga. Beliau suka lihat kami semuanya akrab dengan suami barunya. Bahkan juga, bisa disebutkan saya berlaku agak manja padanya. Tiap-tiap pulang sekolah, saya tentu selekasnya mencari bapak tiriku untuk bercerita pengalamanku di universitas. Beliau akan dengan sabar mendengar ceritaku, lalu dengan bijak menasihatiku apabila ada beberapa hal yang dia anggap tidak ‘sesuai’. 


Terkadang atas ijin ibu, saya mengajak bapak tiriku jalan-jalan ke mall. Sesudah mencicipi sajian fast food kami singgah untuk nongkrong di toko buku. Saya memiliki hoby membaca buku filsafat serta psikologi, sama dengan beliau. 


Tanpa ada kusadari saya makin dekat serta makin akrab pada bapak tiriku, saya telah makin cuek saja serta tidak malu sekali lagi seumpamanya keluar dari kamar mandi serta cuma kenakan handuk mandi jadi penutup bebrapa sisi tubuhku yang vital di hadapan ayahku. Serta kadang-kadang ayahku juga yang menggendongku ke tempat tidurku jika saya didapati ketiduran di ruangan tamu karna ketiduran karena mataku yang kelelahan karna membaca buku maupun melihat telivisi. Narasi Seks Paling baru, Narasi Hot Paling baru, Narasi Dewasa Paling baru, Narasi Porno Paling baru, Narasi MesumTerbaru 


Makin lama saya makin kagum pada sifat-sifat kedewasaan yang dipunyai oleh bapak tiriku, serta ada rasa perasaan spesial spesifik yg tidak dapat kuterjemahkan, entahlah apakah itu yaitu perasaan cinta? Mungkin saja itulah argumennya saya senantiasa menolak tiap-tiap pernyataan cinta yang dilontarkan oleh rekan-rekan priaku. Selalu jelas saya tidak tertarik dengan rekan-rekan pria sebayaku yang relatif manja serta kekanak-kanakan. Demikian sebaliknya saya kagum pada pria-pria yang dewasa serta masak. Rasa-rasanya saya kerasan ada disisi mereka untuk mendengar narasi maupun beberapa sarannya, serta itu semua kudapatkan penuh dari bapak tiriku ini. 


Rupanya tanda ini dirasa serta di tangkap oleh bapak tiriku. Bila sebelumnya pergi ke satu tempat, saya umum mencium pipi ibu serta Bapak tiriku. Saat ini apabila ibu tak ada, Bapak akan membalas mencium pipiku. Awal mulanya saya terasa kaget serta ada sedikit perasaan malu, bukanlah beberapa mengapa ini yaitu ciuman pertama dari seseorang lelaki kepadaku serta sekalian yaitu ayahku. Bahkan juga sempat satu saat saya terperangah saat bapak bukan sekedar membalas mencium pipiku, tetapi juga bibirku. Lihat wajahku memerah, karna saya belum juga sempat pacaran, Bapak cuma tersenyum simpul. 


Peristiwa sesuai sama itu selalu berulang saat ibuku berada di dapur serta kebetulan saya berpamitan ingin ke universitas. Serta akupun mulai punya kebiasaan dengan ‘pamitan’ gaya baru dari bapak tiriku. Makin lama kami berani mengerjakannya lebih lama, kami sempat mengerjakannya sepanjang sebagian menit dengan panasnya. Bila tidak mengingat ibu yang berada di dapur yang setiap saat dapat memergoki mungkin saja ayahku akan tidak melepaskanku dari pagutannya. 


Sekian waktu berselang, satu waktu ibu mesti menjenguk satu diantara keponakannya yang dirawat dirumah sakit di Bogor. Kebetulan ke-2 adikku sudah masuk saat liburan sekolah serta keduanya mengantar serta temani ibu sepanjang di Bogor. Akhirnya cuma saya serta Bapak tiriku yang berada di tempat tinggal saat ini. Mengerti tak ada orang yang lain, sesungguhnya hatiku berdegup kencang mengerti bebrapa waktu yg tidak terduga tinggal berdua saja dengan Bapak tiriku yang sangat kukagumi. 


Saat saya pulang kuliah mendekati sore hari, beliau telah menungguku di teras tempat tinggal serta tampak kegembirannya yang terbias di matanya saat menyongsong kepulanganku. 


“Pulangnya kog malam, Non? ” bertanya bapak dengan senyum khasnya. 


Saya menjawab dengan enjoy, “Tadi berjalan-jalan dengan rekan Yah. “Senyumnya mendadak agak hilang saat keceritakan saya jalan-jalan dengan rekan-rekan cowok kampusku. Saya tertawa dalam hati lihat sikap bapak tiriku yang tampak sedikit menaruh rasa cemburu.


Sehabis mandi seperti biasanya aku tetap hanya menggunakan handuk melalui ayah menuju ke arah kamarku .


“Nia, apakah cowok yang menemani kamu adalah pacar kamu?”, selidik ayah tiriku .


“Sebentar ayah, Nia mau berpakaian dulu, dan nanti akan Nia ceritakan seluruhnya ke Ayah”, jawabku sambil tetap menuju ke arah kamarku, sepintas kulihat ayahku seperti berdiri dari sofa tempat duduknya . Aku menutup pintu kamar dan mulai mengeringkan rambutku dengan menggunakan kipas angin yang kunyalakan .


Tiba-tiba aku mendengar suara derit pintu kamarku terbuka dan kulihat ayah tiriku berjalan masuk menghampiriku . Karena aku masih terbalut dengan handuk aku cuek saja menerima kehadiran ayah tiriku meskipun sesungguhnya hatiku terasa dag dig dug .


“Aduhh . ., ayah nih kog penasaran amat sih, dibilang entar juga pasti diceritain”, kataku menggoda sembari tetap mengeringkan rambutku yang masih agak basah .


“Nia, kamu serius yah berpacaran dengan cowo yang tadi itu?”, masih dengan penasaran ayahku terus menanyaiku .


“Hmm . ., Kalo ya kenapa . ., kalo tidak juga kenapa?” tanyaku memancing perasaan ayah tiriku .


“Kamu bandel yahh . ., udah main rahasia-rahasiaan” ucapnya seraya tiba-tiba tangannya menggelitik pinggulku .


Aku tergelitik kegelian sambil meronta-ronta kecil untuk melepaskan dari gelitikan tanggannya . Ayahku tetap menguber-uberku sambil tetap menggelitik seluruh tubuhku, sampai akhirnya kita berdua jatuh ke ranjang dan ayah tetap saja menggelitik seluruh badanku . Sampai akhirnya kita berdua cekakak cekikikan dan akihirnya aku berteriak-teriak kecil minta ampun supaya Ayah menghentikan gelitikannya . Begitu ayah menghentikan gelitikannya tubuhku terasa lemas dan kami berdua ngos-ngosan akibat kehabisan nafas . Ayah tiduran disampingku di atas ranjang sambil tetap memperhatikan wajahku yang masih bersimbah peluh . Aku mencoba menarik napas panjang sambil memejamkan mata untuk menghilangkan rasa lemas yang kurasakan .


Tiba-tiba aku merasakan ciuman lembut menempel di bibirku, namun aku merasakan pagutan ciuman kali ini lebih terasa dan lebih rileks, mungkin karena ibu tidak ada di rumah . Akupun membiarkan bibirku dilumat dengan lembut, baru kali ini ciumannya membuatku terasa terbang diawang-awang . Tanpa disadari tangan ayah yang tadi mengelus lembut pinggulku . ., telah melepas handuk penutup tubuhku . Akupun baru sadar bahwa aku telah tidak berpakaian . Sebelum aku sempat berpikir banyak, ayahku sudah memelukku kembali dengan eratnya seraya mengelus-elus rambutku yang panjang . Terus terang aku sangat terlena dengan sentuhan kasih sayangnya ini .


Ketika ia mengangkat wajahku, aku menundukkan wajahku yang bersemu merah . Aku bisa mendengar suara detak jantung ayah yang berdegup kencang saat matanya menyapu dengan bersih seluruh lekuk-lekuk tubuhku yang sudah tidak terlindung apapun . Ayah mengelus bibirku dan tiba-tiba memagutnya kembali dengan penuh nafsu . Aku hanya bisa pasrah dibawah kenikmatan yang baru kurasakan ini . Bahkan aku mulai berani membalas pagutannya . Ayah kemudian menyeretku kedalam pangkuannya di atas ranjang . Kami terus berciuman, hingga tangannya mulai bergerak mengelus ke daerah-daerah tubuhku yang paling sensitif .


Aku menjerit kecil ketika kurasakan tangannya yang nakal menyentuh dan meremas-remas dengan lembut payudaraku . Sambil melumat bibirku, ayahku secara perlahan-perlahan berusaha melepaskan seluruh pakaiannya . Aku menjerit kecil tertahan tatkala penis ayahku keluar dari celana dalamnya dan dalam keadaan sangat panjang dan ‘tegak’, baru kali ini aku menyaksikan secara dekat penis seorang lelaki, bentuknya panjang mengeras dan dibagian ujung kepala penis ayah membesar dan berkilat-kilat bagai jamur . Belum sempat logikaku berjalan, ayah sudah kembali memeluk dan mencumbuku kembali, kini kami sama-sama bergumul dengan panasnya tanpa sehelai benangpun menempel di tubuh kami .


Mataku terpejam rapat sambil berteriak tertahan saat ayah tiriku mencumbui organ kewanitaanku . Ada rasa nikmat luar biasa yang kurasakan, hingga setiap beberapa saat badanku menggelinjang-gelinjang tak kuasa menahan hentakan-hentakan kenikmatan yang keluar dari seluruh sendi-sendi tubuhku . Sampai akhirnya aku merasakan benda panjang dan hangat menyeruak memasuki vaginaku . Saat itulah aku mempersembahkan keperawanan, kehormatan, jiwa ragaku kepada ayah tiriku . Kami bersetubuh tanpa mempedulikan waktu, terus berpacu dan berpacu meliwati klimaks demi klimaks hingga hampir menjelang subuh badan kami sama-sama lemas karena merasakan klimaks yang berkali-kali hingga akhirnya kami rubuh dan tidur berpelukan dalam satu ranjang dengan perasaan puas .


Terus terang pengalaman pertamaku berhubungan seks membawa kesan yang luar biasa dalam hidupku . Aku sama sekali tidak merasakan kesakitan karena ayahku tahu persis bagaimana menjalankan permainan seks kami dengan sebaik mungkin . Malam pertama kami, kami lewatkan dengan mengulang permainan seks hingga tiga kali . Ketika tak berdaya lagi, kami baru berhenti . Seminggu ditinggal ibu dan adik-adik membuat aku dan Ayah benar-benar menikmati petualangan asmara kami .


Selama hampir setahun menjalin asmara diam-diam dengan ayah, ibu mulai curiga . Apalagi, ibumengetahui kalau sampai berusia 21 tahun aku belum juga mau punya pacar . Padahal aku terhitung cantik dan supel . Apalagi ketika aku sudah menamatkan D-ii bahasa inggrisku, ibu mendesakku untuk mulai mencari pasangan hidup .


Ketika diam-diam kudiskusikan hal ini kepada Ayah, dia sangat mendukungku menjalin hubungan dengan pria lain . Soalnya, Ayah mulai mencium tanda-tanda kecurigaan di mata ibu melihat hubunganku dengan Ayah semakin lengket aja .


Maka ketika Wahyu, kakak kelasku yang paling gencar mendekatiku . Kupikir apa salahnya aku membina hubungan dengannya . Apalagi wajahnya lumayan ganteng, postur tubuhnya atletis, dan otaknya encer pula . Singkat cerita aku kemudian serius menjalin hubungan dengannya . Sementara itu, kisah cintaku dengan Ayah terus berlanjut . Kali ini kami lebih banyak melakukan persetubuhan kami di luar rumah . Kadang-kadang kami janji bertemu di hotel A atau B yang letaknya agak jauh dari kota tempat tinggalku .


Enam bulan setelah berpacaran dengan Wahyu, keluarganya datang melamarku . Aku menerima lamarannya dengan perasaan biasa-biasa saja . Terus-terang perasaan cintaku telah kepersembahkan seutuhnya kepada ayah tiriku . Aku menikah hanya untuk menutupi perselingkuhanku dengan ayah .


Untungnya, Wahyu adalah orang yang tidak mempersoalkan keperawananku ketika kami melewatkan malam pertama . Menghadapi permainan seks Wahyu yang tergolong pemula, aku merasa tidak puas . Kadang-kadang aku membayangkan sedang berhubungan badan dengan ayah tiriku yang macho dan berpengalaman . Akhirnya, aku tetap sering menelepon ayah untuk saling bertemu di luar rumah . Usianya yang telah berkepala empat telah mengetahui secara betul segala bentuk permainan seks yang dapat memberikan kepuasan klimaks terhadap gadis-gadis muda seusiaku .


Bercinta dengan ayah tiriku, aku mendapatkan klimaks yang berulang-ulang, hal yang tidak dapat kudapatkan apabila aku berhubungan badan dengan suamiku sendiri . Aku tahu perbuatanku adalah keliru . Namun aku tidak dapat menghapus sosok Ayah tiriku dalam kehidupanku . Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa menghentikan perselingkuhanku ini . Aku hanyalah seorang wanita yang menginginkan adanya figur pria matang disisiku .